ERDIKHA MORNING IDEA 11 NOVEMBER 2021
View PDF
11 Nov 2021

Wall Street Babak Belur, Khawatir Data Inflasi

"Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6683. Ditransaksikan dengan volume yang cukup ramai jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks ditopang oleh sektor Industrials (1.417%), Technology (0.707%), Energy (0.702%), Transportation & Logistic (0.676%), Infrastructures (0.486%), Consumer Cyclicals (0.292%), Financials (0.208%), kendati dibebani oleh sektor Basic Materials (-0.095%), Healthcare (-0.281%), Properties & Real Estate (-0.492%), Consumer Non-Cyclical (-0.544%) yang mengalami penguatan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6660 dan level resistance 6700. Pasar keuangan Indonesia ditutup cenderung beragam pada perdagangan Rabu (10/11/2021). Di mana investor cenderung merespons beragam dari data inflasi China pada periode Oktober 2021. Inflasi dari sektor produsen (producer price index/PPI) yang meroket 13,5% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 10,7%. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir. Ketika inflasi di produsen tinggi, maka ada risiko inflasi CPI juga akan melesat dalam beberapa bulan ke depan. Sebab, produsen kemungkinan besar akan menaikkan harga jual produknya. Sementara itu, Melonjaknya yield Treasury tentu menjadi sentimen negatif bagi pasar global, terutama bagi saham-saham teknologi yang berkorelasi negatif dengan pergerakan yield Treasury. Tetapi, kenaikan yield Treasury menjadi pendorong saham perbankan di AS, karena adanya potensi kenaikan suku bunga, di mana bank dapat membebankan bunga lebih besar atas pinjaman yang tentunya berpengaruh terhadap keuntungan bank. Selain dari AS, pasar juga mengkhawatirkan akan inflasi terbaru di China, di mana pada perdagangan kemarin inflasi periode Oktober dari sektor konsumen (IHK) dan sektor produsen (PPI) telah dirilis dan menunjukan kenaikan cukup signifikan. Pemerintah China melaporkan IHK naik 1,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% YoY serta dibandingkan hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% YoY. Kekhawatiran lain berasal dari rilis data PPI China juga meroket 13,5% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 10,7%. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir. Ketika inflasi di produsen tinggi, maka ada risiko IHK juga akan melesat dalam beberapa bulan ke depan. Sebab, produsen kemungkinan besar akan menaikkan harga jual produknya. Investor juga mengkhawatirkan dari risiko stagflasi yang menyerang Negeri Panda. Stagflasi adalah fenomena ekonomi di mana harga naik (inflasi tinggi), tetapi aktivitas bisnis mengalami stagnasi, yang menyebabkan tingginya pengangguran dan berkurangnya daya beli konsumen. Di kala inflasi China dan AS sedang meninggi, investor cenderung akan mencari investasi lainnya yang dapat dijadikan lindung nilai (hedging), seperti emas dan bitcoin. Oleh karena itu, kenaikan inflasi menjadi katalis positif bagi emas dan bitcoin pada hari ini."





PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com